Selasa, 22 November 2011

Strategi Pembelajaran Kesenian dan Ketrampilan

Bag. 1

Pendidikan musik persekolahan menekankan pada pemahaman akan nilai-nilai sosial budaya melalui pengalaman estetika dan etika musik, sehingga kurikulum pendidikan musik yang berlalu saat ini di sekolah SMP dan SMU merupakan pendidikan musik yang dapat berintegrasi dengan bidang seni lainnya yakni pendidikan tari, pendidikan drama, dan pendidikan seni rupa.

Di samping itu, pendidikan musik persekolahan merupakan pendidikan musik yang berkelanjutan, seperti pada jenjang SMP yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan dasar musik, (sebagai cara untuk mendapatkan pengalaman langsung tentang estetika dan etika seni). Setelah pengalaman tersebut diperoleh siswa, maka langkah selanjutnya adalah memberikan pengalaman kepada siswa di tingkat SMU akan sikap apresiatif terhadap karya musik, (apresiasi terhadap karya musik akan terbentuk dengan baik apabila mengalami sendiri estetika dan etika karya musik). Peranan guru musik adalah menciptakan kondisi musikal yang kondusif, sehingga siswa dapat mengalami dan memahami suatu karya cipta musik sepenuhnya.

Untuk itu pemahaman guru musik dalam menafsirkan kurikulum pendidikan musik, hendaklah kritis dan kreatif dalam pengembangkan model-model pengajaran musik, tentu saja, yang dapat menumbuhkan pemahaman siswa akan nilai sosial budaya melalui pengalaman estetika dan etika seni mereka.

Sementara pendidikan musik luar sekolah, bertujuan membentuk ahli musik yang terampil. Siswa dalam pendidikan musik luar sekolah ini, dapat menentukan dan mengembangkan minatnya dengan lebih khusus serta dapat mengatur sendiri rencana belajar mereka tanpa ikatan formal layaknya dalam pendidikan musik persekolahan.

Wacana seni tari

Karena substansi baku dari tari adalah gerak, maka Curt Sachs berpendapat bahwa tari lahir bersama dengan lahirnya manusia di dunia ini. Ia bahkan mengemukakan bahwa tari telah mencapai nilai estetis yang tinggi sejak Zaman Prasejarah. Ada beberapa sarjana yang mengemukakan definisi tentang tari, yang tersingkat adalah yang diutarakan oleh Curt Sachs yang berbunyi: “tari adalah gerak (tubuh) yang ritmis:. Karena singkatnya, definisi ini memang bisa mencakup untuk segala jenis tari, baik untuk tari ritual, tari hiburan, maupun tari tontonan. Hanya saja definisi ini juga mengandung kelemahan, karena orang berjalan, orang menumbuk padi, dan sebagainya yang juga menggunakan gerak yang ritmis, bisa pula dimasukkan sebagai tari. Definisi lain yang lebih mencakup adalah yang dikemukanan oleh Soedarsono yang berbunyi: “Tari adalah ungkapan perasaan manusia tentang sesuatu dengan gerak-gerak ritmis yang indah”. Namun demikian, meskipun batasan ini terkesan lebih mengarah, tetapi jelas hanya bisa dikenakan untuk tari yang berfungsi sebagai tontonan. Sedangkan tari yang berfungsi ritual dan yang berfungsi sebagai hiburan pribadi ada yang tidak tercakup. Adapun sebabnya, karena tari ritual pada umumnya lebih mementingkan tujuan daripada bentuk penyajiannya; sedangkan tari hiburan lebih mementingkan keikutsertaan penari dalam tari itu daripada kenikmatan untuk menontonnya.

Kegunaan praktis dalam tari yang dipercaya oleh masyarakat yang hidupnya masih dipengaruhi tatanan agraris, tari dipercaya menghasilkan kekuatan magis, yaitu magi imitatif dan magi simpatetis yang diharapkan mampu mempengaruhi serta menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Oleh karena itu banyak ahli merangkumnya dalam kategori yang berbeda.

   1.

      Tari-tari ritual dicipta bukan untuk dinikmati keindahan oleh manusia, akan tetapi memiliki tujuan yang lebih dalam. Tari-tari ritual lebih mementingkan tujuan daripada bentuk estetis. Bahkan kadang-kadang bentuk yang sederhana justru memiliki tujuan yang lebih dalam.
   2.

      Peristiwa penting dalam lingkaran kehidupan manusia sejak lahir, dewasa, perkawinan dan kematian dianggap masa labil bagi manusia dan alam raya. Selain itu mereka pun masih percaya adanya roh-roh, baik yang jahat maupun jang baik yang berada di sekeliling mereka. Roh yang baik bisa dimintai pertolongan, sedangkan roh yang jahat dijaga jangan sampai mengganggu manusia.
   3.

      Oleh karena itu untuk membedakan tari yang berfungsi ritual dengan fungsi tari lainnya bisa dicermati dengan memperhatikan ciri-cirinya yaitu: (1) diselenggarakan pada tempat yang terpilih biasanya tempat yang dianggap sakral; (2) diselenggarakan pada saat yang terpilih, sesuai dengan maksud dan tujuan ritual; (3) ditarikan oleh penari terpilih yang umumnya dianggap suci atau yang dalam keadaan ‘tidak kotor’; (4) biasanya memerlukan seperangkat sesaji; dan (5) tidak ada penonton, sebab yang hadir dalam upacara itu dianggap sebagai peserta upacara.

Tari yang bertujuan untuk hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikannya. Tujuan maupun keindahan tarinya tidak dimasalahkan. Oleh karena sifat tarinya yang spontan, penampilan pribadinya menjadi lebih menonjol. Oleh karena vokabuler gerak tidak terjaga dan tidak tertata, kemungkinan besar akan terjadi pengulangan gerak yang tak terbatas.

Oleh karena suatu pertunjukan adalah sebuah bentuk komunikasi, artinya ada yang menyampaikan pesan dan ada pula yang menerima pesan melalui seperangkat tingkah laku yang khas dalam hal ini tari, maka tari yang disajikan untuk kebutuhan tontonan memerlukan adanya pemain (performer), penonton (audience), pesan yang dikirim, dan cara penyampaian pesan yang khas. Pertunjukan adalah sebuah proses yang memerlukan waktu dan ruang. Sebuah pertunjukan memiliki bagian awal, tengah dan akhir atau: persiapan, pementasan, dan aftermath (setelah pertunjukan).

Pengaruh budaya asing terhadap seni tari Indonesia

   1.

      Kesenian lokal yang merupakan identitas etnis memiliki sifat-sifat yang menurut James Dananjaya dalam bukunya Folklor yaitu: (a) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat dan alat pembantu pengingat; (b) bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama; (c) folklor ada dalam beberapa versi bahkan varian yang berbeda, yang diakibatkan oleh cara penyebarannya yang lisan sehingga terjadi proses interpolasi; (d) memiliki bentuk berpola; (e) bersifat anonim; (i) memiliki fungsi dalam kehidupan kolektif; (g) bersifat pralogis; (h) menjadi milik bersama; dan (i) bersifat polos dan lugu.
   2.

      Seorang guru harus bisa mengajarkan apa yang tersirat di balik gerak itu sendiri. Dia harus bisa mengupas nilai yang terkandung di dalam suatu bentuk tari yang juga menjadi nilai budaya masyarakat pemiliknya.
   3.

      Seorang guru dituntut mengajarkan materi tari yang tumbuh dan hidup di lingkungan yang terdekat dengannya yang selanjutnya dikupas kandungan nilainya untuk diajarkan kembali kepada siswa anggota muda masyarakat. Dengan hal seperti ada beberapa tujuan yang bisa tercapai yaitu pengembangan pribadi, pengembangan kebudayaan dan kesenian, serta pengembangan bangsa.
   4.

      Berdasarkan atas terjadinya pengaruh budaya luar ke daerah-daerah di Indonesia, tari-tari di Indonesia bisa dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) tari yang berkembang di wilayah yang tidak atau sedikit mendapat kontak dengan budaya luar; (2) tari yang berkembang di wilayah yang mendapat kontak dan pengaruh budaya India dengan agamanya Hindu; (3) tari yang berkembang di wilayah yang mendapat kontak dan pengaruh dari Arab dengan agamanya Islam; (4) tari di wilayah yang mendapat kontak dan pengaruh budaya Eropa.
      Adapun penyebab mati hidupnya sebuah seni bermacam-macam; ada yang diakibatkan oleh adanya perubahan di bidang politik, masalah ekonomi, perubahan selera masyarakat, pantangan yang bersifat keagamaan, dan ada pula yang tidak mampu bersaing dengan bentuk-bentuk seni lainnya.
   5.

      Dari keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran
   6.

      Kegiatan proses pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan mulus, karena munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan pembelajaran, masalah ini mencakup masalah pembelajaran yang dialami oleh guru dan siswa serta masalah pembelajaran yang diakibatkan oleh sarana dan prasarana.
   7.

      Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran seni tari pada dasarnya timbul dari faktor yang bersumber dari siswa itu sendiri (faktor intemal) dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal).
   8.

      Keberhasilan pendidikan dipengaruhi serta ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegialan belajar-mengajar.
   9.

      Hambatan-hambatan dalam pembelajaran seni tari timbul dari diri siswa sendiri (endogen) dan hambatan yang timbul dari luar diri siswa (eksogen).
  10.

      Upaya mengatasi masalah pembelajaran seni tari antara lain: (a) upaya siswa, (b) upaya guru, (c) upaya pihak sekolah.
  11.

      Untuk mengatasi masalah ruang praktek tari dapat juga ditempuh dengan membina kerjasama antara pimpinan sekolah dengan pihak-pihak lain yang mempunyai ruangan yang memadai untuk digunakan dalam kegiatan praktek tari.

Masalah-masalah pembelajaran kerajinan tangan dan seni rupa

Pembelajaran Kerajinan tangan dan Seni rupa dihadapkan dengan berbagai permasalahan di lapangan. Permasalahan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua bagian, yakni masalah umum dan masalah khusus.

Jenis permasalahan yang termasuk dalam masalah umum berupa (a) ketersediaan, penyebaran dan kualitas keahlian tenaga pengajar; (b) selain itu kenyataan di sekolah menunjukkan fasilitas belajar (peralatan dan studio kerja) sangatlah minim, sehingga praktek berkarya dilakukan di rumah siswa; (c) demikian juga dengan alokasi waktu pembelajaran pada setiap pertemuan di kelas yang kurang dari satu jam menjadikan guru sulit menyelesaikan materi yang digariskan oleh GBPP; dan (d) akhirnya masalah materi pembelajaran yang rancu, sering berubah-ubah menjadikan kesulitan guru untuk menyesuaikan dengan kenyataan di lapangan.

Sementara itu masalah khusus pembelajaran kerajinan tangan dan seni rupa di antaranya (a) masalah minat dan bakat peserta belajar yang berbeda-beda, menjadikan guru harus melakukan pembimbingan secara ekstra kendatipun fasilitas dan waktu yang sangat kurang; (b) masalah lainnya berupa tidak semua lingkungan (fisik ataupun sosial) mendukung sepenuhnya proses pembelajaran kerajinan tangan.

PERKEMBANGAN POTENSI SENI PESERTA DIDIK

Pengaruh perkembangan fisik, psikologis dan emosi peserta didik terhadap pendidikan musik

   1.

      Perubahan hormonal yang dialami remaja pada umumnya (pria dan wanita) berakibat pada sejumlah organ tubuh lain, termasuk pita suara. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pendidik musik khususnya dalam pengajaran vokal bagi remaja.
   2.

      Perubahan yang terjadi pada sejumlah organ tubuh tersebut, seringkali menimbulkan tekanan psikologis tertentu seperti timbulnya rasa malu, gelisah dan perilaku meniru idolanya. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran musik yang berkaitan dengan kegiatan praktek menghindari penugasan secara individual. Belajar musik secara berkelompok seperti ansambel musik angklung, gamelan, vocal grup dan paduan suara merupakan beberapa alternatif pembelajaran praktek musik.
   3.

      Usia dewasa merupakan usia di mana seseorang telah memiliki kematangan secara biologis. Selain itu orang dewasa juga telah memiliki ciri kematangan dalam peran sosial, serta membutuhkan pengakuan terhadap identitas diri.

Perkembangan potensi seni tari peserta didik

Manusia memiliki potensinya masing-masing dalam mempelajari suatu tarian sejalan dengan tahap perkembangannya. Dalam hal ini kita memandang bahwa setiap potensi yang dimiliki peserta didik itu dapat diarahkan perkembangannya untuk dibimbing, dibina agar mereka menjadi manusia yang percaya diri, kreatif, dan mampu mengatasi berbagai problema yang dialami dalam hidupnya.

Mempelajari suatu tarian tidaklah sekedar mengenal gerak ataupun meragakan elemen-elemen gerak anggota tubuh, tapi juga seorang peserta didik harus mampu menguasai dan menyerap berbagai informasi yang terkandung dalam wujud keterampilan menari tersebut yang berguna untuk kehidupannya.

Guru ataupun pelatih tari hendaknya tidak menganggap dirinya sebagai pemberi keterampilan menari, tetapi harus menganggap dirinya sebagai pendidik.

Apabila Anda mengamati serta memperhatikan potensi tari bagi peserta didik, seyogianya perhatikan pula tahap perkembangannya, baik perkembangan emosinya, fisiknya, maupun perkembangan psikologisnya.

Dalam perkembangan emosinya, anak usia SLTP mengalami masa keragaman kebingungan terhadap lingkungan, nilai-nilai moral dan sosial. Sedangkan pada anak usia SMU, mereka mulai mengintrospeksi dirinya dan mencapai perpaduan (sintetis), keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan mereka membentuk pribadi, menerima norma-norma budaya dan kehidupannya.

Kedewasaan dapat dilukiskan sebagai suatu integrasi dari kebutuhan dan kemampuan individual dengan pengharapan dan tuntutan masyarakat. Jika dihubungkan dengan perkembangan emosi dewasa terhadap proses latihan tari, maka jelaslah bahwa dewasa akan lebih dapat menyesuaikan dengan keadaan dirinya.

Menyadari perbedaan tersebut di atas, pendidik tari harus pandai-pandai mengatur strategi, metode, dan pendekatan yang sesuai dengan keadaan peserta didik.

Perkembangan potensi kesenian pesrta didik

Perkembangan fisik-psikologis remaja melalui beberapa tahap (1) masa remaja awal (usia SLTP) (2) masa remaja akhir (usia SLTA) (3) masa dewasa, masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, karena itu pada masa transisi ini anak sering mengalami pergolakan, ketidakpastian dan keragu-raguan. pada masa ramaja ini pada anak baru akan melepaskan diri dari orang tua dengan tujuan untuk menemukan jati dirinya. Pada masa remaja ini pula aspek fisik anak berkembang dengan pesat pada masa remaja ini pengamatan anak meningkat secara tajam akibat dari mereka mulai menyadari adanya dunia luar.

Aplikasi terhadap pendidik seni rupa di SLTP adalah:

   1.

      dalam segi perkembangan fisik memungkinkan anak mampu bekerja dalam seni rupa dan karya.
   2.

      dari perkembangan psikologis mungkin baru anak mendapat tugas-tugas dengan tema yang diambil dari kehidupan.
   3.

      sikap kritis yang sangat kuat dan kadang-kadang berlebihan perlu dipahami secara proporsi anak dan
   4.

      pemberi tugas-tugas kepada anak-anak sesekali dibedakan juga antara anak laki-laki dan perempuan.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN SENI MUSIK

Metode-metode pembelajaran musik

Menurut Mason yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Pestalozzi, pendidikan musik di sekolah bukan untuk menciptakan musisi-musisi profesional namun untuk mengembangkan musikalitas siswa yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia siswa. Pendidikan musik di tingkat dasar sebaiknya melibatkan pengalaman-pengalaman konkret yang dilakukan siswa secara mandiri sebelum menghadirkan teori-teori (prinsip praktek sebelum teori). Pengalaman-pengalaman tersebut sebaiknya melibatkan hal-hal yang disukai dan sesuai dengan perkembangan psikologis siswa.

Pandangan Dalcroze terhadap pendidikan musik adalah mengenai tiga hal yang harus dihadirkan dalam mengajar, yaitu: Eurhythmic, Improvisasi dan Solfege. Dalam Eurhythmic, siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka dengan menyeimbangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dengan gerak tubuh secara cepat dan tepat. Dalam latihan Eurhythmic, Dalcroze melibatkan improvisasi musik dan gerak tubuh. Teknik Solfege yang ia terapkan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan siswa agar dapat menyanyi dengan pitch yang tepat, meningkatkan kepekaan pendengaran dan melatih konsentrasi dan ingatan siswa.

Dalam proses pembelajaran, Kodaly menggunakan tahap-tahap praktis seperti: penggunaan tonik solfa, rhythm syllables dan hand sign atau hand singing, yang merupakan perpaduan teknik-teknik praktis yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh pendidikan musik lainnya secara terpisah. Pendidikan musik di sekolah sebaiknya dapat mengembangkan keterampilan para siswa dalam menguasai bahasa musik yang dimulai sejak usia dini, aktivitas menyanyi dengan menggunakan lagu-lagu tradisional yang dikenal siswa, dan melibatkan musik dalam pelajaran-pelajaran lain.

Menurut Orff pendidikan musik harus melibatkan improvisasi dan kreasi dalam proses pembelajaran dengan memfokuskan pada penggunaan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh tubuh dan pola-pola ritmik. Sama halnya dengan tokoh-tokoh musik lainnya, Orff menekankan pula bahwa pendidikan musik harus mendahulukan praktek atau pengalaman konkret sebelum teori. Dalam buku ‘Orff Schulwerk’ yang ia ciptakan bersama Keetman, Orff melibatkan dua aktivitas: pengembangan (expl)

Pengajaran musik di sekolah

Sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan kesenian di SMP dan SMU tahun 1994 maka pembelajaran musik di sekolah sebaiknya melibatkan aktivitas-aktivitas menyanyi, memainkan instrumen, melatih kepekaan telinga (ear training), improvisasi dan berkreasi. Kegiatan tersebut ditujukan untuk mengembangkan fungsi jiwa, perkembangan pribadi dengan memperhatikan lingkungan sosial budaya peserta didik di sekolah dan dapat dilakukan di tingkat pendidikan SMP maupun SMU sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir serta perkembangan mental dan fisik siswa.

Dalam proses pembelajaran, Gordon menyarankan teknik audiation yaitu teknik yang memotivasi siswa untuk belajar dengan cara mendengar sekaligus mamahami materi pengajaran yang disampaikan. Teknik ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman serta sensitivitas siswa terhadap melodi, interval, ritme dan birama, tonalitas dan ‘rasa’ harmoni yang merupakan dasar pengetahuan mereka untuk dapat berimprovisasi dan berkreasi secara kreatif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum di SMP dan SMU tahun 1994.

Peranan guru dalam pembelajaran musik sebaiknya tidak mendominasi proses pembelajaran di kelas. Guru diharapkan untuk menjadi fasilitator yang dapat memotivasi pengembangan musikalitas siswa, misalnya dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermain musik sebanyak-banyaknya, membiarkan siswa bekerja dalam kelompok kecil, membiarkan siswa bekerja dengan ide-ide mereka dan mengalami yang telah mereka miliki, memberikan batas-batas materi pembelajaran yang jelas, meningkatkan rasa ingin tahu dan pemahaman mereka tentang pelajaran musik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Selain aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas, guru juga dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas, seperti mengadakan kerjasama dengan seniman-seniman tradisional untuk melakukan pertunjukan seni atau diskusi. Melalui kegiatan ini, siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang kesenian tradisional yang diharapkan dapat menambah perbendaharaan pemahaman mereka dalam melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran musik secara menyeluruh.

Desain pembelajaran seni musik

Desain pembelajaran I menjelaskan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran musik di tingkat SMP sesuai dengan kurikulum pendidikan kesenian/seni musik. tahun 1994 yang ditujukan “agar siswa mampu berkreasi bermain musik ansambel” (Kelas II Cawu 2), dan dapat mengembangkan kreasi musik sederhana dan memainkannya secara kebmpok. Aktivitas yang dilakukan dalam desain

pembelajaran I ini berhubungan pula dengan tujuan pembelajaran musik di kelas III yang bertujuan agar “siswa mampu mempersiapkan pergelaran musik (Cawu 2), khususnya dalam memainkan karya pribadi. Desain pembelajaran ini menggunakan gabungan dari beberapa metode pendidikan musik yang telah diuraikan dalam Kegialan Belajar 1 dan 2. Metode-metode yang digunakan antara lain: ‘prinsip praktek sebelum teori’ atau ‘bunyi sebelum simbol’ (Mason), Dalcroze Eurhythmic yang melibatkan perkembangan unsur mental dan emosi, fisik dan musikalitas para siswa didik, penguasaan ‘bahasa musik’ (musical literacy) (Kodaly dan Orff), dan aktivitas belajar dalam kelompok ansambel (Orff).

Dalam desain pembelajaran II, metode-metode yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam desain I namun ditambahkan dengan pengetahuan dan sensitivitas para siswa terhadap lingkungan sosial budaya di sekitar mereka. Hal ini bertujuan agar kecintaan siswa terhadap kesenian tradisional mereka dapat meningkat dan dapat melestarikannya sebagai identitas budaya bangsa di masa mendatang. Dalam desain II ini digunakan pula prinsip pengajaran dari Orff yaitu: pengembangan bunyi dan bentuk; penerapan prinsip imitasi ke tahap kreasi dengan cara mengamati, mengimitasi, bereksperimen dan berkreasi serta meningkatkan kemampuan individu untuk dapat bekerjasama dalam asambel.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN SENI TARI

Pengertian pendekatan dan metode pembelajaran seni tari

   1.

      Tujuan pembelajaran mempunyai peranan penting, menentukan arah proses pembelajaran, memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan bahan atau materi pelajaran, memilih pendekatan dan menetapkan metode pembelajaran, serta memberi arahan dan petunjuk terhadap penilaian atau evaluasi.
   2.

      Berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih dan dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran: Proses pembelajaran menurut Jerome S. Bruner, Resource Based – Learning, Belajar Tuntas (Mastery Learning), Usaha-usaha dalam pengajaran individu, Proses pembelajar menurut Robert M. Gagne
   3.

      Alat pendidikan yang paling utama adalah guru yang terampil, kreatif dan bijaksana, sebagai komunikator, guru sebagai model, guru sebagai pribadi.
   4.

      Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh: Bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesiapan untuk memahami pengajaran, ketekunan, waktu yang tersedia untuk belajar. Sedangkan usaha-usaha dalam mencapai penguasaan penuh, ialah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai, dan tujuan yang harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa.
   5.

      Macam-macam metode pengajaran Seni Tari, di antaranya: Metode Global, metode unit, metode elementer, metode SAS, metode kreatif, metode demonstrasi peniruan dan latihan, metode kerja kelompok, metode discovery/inkuiri, metode pemecahan masalah, metode eksperimen, metode sosiodrama, metode bermain peran, dan metode karyawisata.

Memilih pendekatan pembelajaran seni tari

Beberapa butir yang telah Anda pahami dari kegiatan belajar 2, yaitu:

   1.

      Untuk menentukan pilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan kesesuaiannya dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu guru perlu menguasai kembali isi dan sifat tujuan pendidikan, kemudian menyesuaikannya dengan ketepatan metode mengajar yang akan digunakan.
   2.

      Pendekatan dan metode pembelajaran memiliki keterkaitan yang kuat dengan tujuan pembelajaran. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari gambaran perilaku yang harus dimiliki oleh siswa setelah jam pelajaran selesai dengan cara yang harus ditempuh untuk mencapai perilaku tersebut.
   3.

      Untuk mencapai Interaksi Belajar-Mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar, sehingga perpaduan dua kegiatan, yaitu usaha guru (mengajar) dengan kegiatan siswa (belajar) yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pengajaran.
   4.

      Tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa: Komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA
Tujuan pembelajaran seni rupa

Ada dua sasaran pendidikan senirupa, yaitu pendidikan senirupbagi sekolah umum dan pendidikan seni bagi sekolah kejuruan, kursus atau pusat magang kesenirupaan dan kriya. Di sekolah kejuruan senirupa, pengajaran senirupa lebih mengutamakan pemberian bekal kepada siswa agar barhasil sebagai lulusan yang memiliki kemampuan atau keterampilan bidang senirupa tertentu. Di sekolah umum, pendidikan senirupa yang diperuntukkan bagi seluruh siswa lebih ditekankan pada berbagai pengalaman kesenirupaan sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan senirupa yang berkualitas adalah apabila dilandasi pada aspek kreativias dan emosi karena kreativitas memiliki nilai konstruktif sedangkan emosi memiliki nilai ekspresi komunikasi.

Pendidikan seni sebagai bagian dari Pendidikan Nasional seyogianya memperhatikan makna yang terkandung di dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu berperan dalam mengembangkan kehidupan individu dalam pengembangan kepribadiannya baik dalam aspek kecerdasan maupun perasaan dan kehendak.

Peranan guru senirupa dalam pendidikan seni hendaknya terfokus pada penciptaan iklim belajar yang menunjang suasana yang akrab serta penerimaan guru atas pribadi siswa yang beraneka ragam serta karya dan gagasan yang bervariasi. Tugas guru meliputi lima kegiatan penting, yaitu (1) merancang, (2) memotivasi, (3) membimbing, (4) mengevaluasi dan (5) menyelenggarakan pameran.

Pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran seni rupa

Pelaksanaan pendidikan senirupa di sekolah umum terutama tingkat pendidikan lanjutan harus berdasarkan prinsip bahwa pendidikan seni merupakan wahana bermuatan edukatif dan membangun kreativitas siswa. Untuk mencapai tujuan ini, dapat digunakan pendekatan inspiratif yaitu pendekatan yang dapat menggugah keharuan siswa untuk berkarya seni. Bentuk-bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut sebagai stimulation and cultural stimulation.

Kreativitas siswa dapat dibangun atau dipancing melalui pengalaman langsung (direct experience as a form of stimulation), rangsangan verbal (verbal stimulation), benda seni (art material as stimulation), dan audio-visual (audio-visual stimulation) serta pengalaman pribadi.

Secara gabungan, pemancing kreativitas atau perangsang daya cipta merupakan gabungan dari 4 (empat) jenis stimulasi, yaitu stimulasi yang klasikal rutin, individual rutin, klasikal insidental dan individual insidental.

Stimulasi klasikal rutin adalah peristiwa atau pengalaman yang dialami siswa secara rutin sehingga siswa akan menghayati keadaan, kejadian atau peristiwa yang sama karena peristiwanya dapat diramalkan dan datangnya rutin yang kemudian diekspresikan dalam bentuk karya seni. Contoh: merangcang Gapura HUT RI, membuat poster pertandingan olah-raga, dan lain-lain.

Stimulasi individual rutin adalah pengalaman atau peristiwa yang dialami siswa secara perorangan yang kemudian diekspresikan dalam bentuk karya seni. Misalnya peristiwa kelahiran seorang anggota keluarga yang mengesankan si siswa dan menggugah keharuannya untuk berekspresi seni.

Stimulasi klasikal insidental adalah peristiwa atau pengalaman yang akan atau telah dialami siswa yang terjadi secara insidental dan peristiwa tersebut mampu menggugah keharuannya untuk berkarya seni. Misalnya perpisahan dengan guru yang sangat dihormati siswa sehingga sangat mempengaruhi emosinya dan akhirnya siswa mampu menggugah sebuah puisi.

Stimulasi individual insidental adalah pengalaman atau peristiwa yang terjadi secara insidental atau tidak terduga dan sangat berkesan di dalam sanubari siswa sehingga mampu menggugah keharuannya untuk berkarya seni. Misalnya kematian seseorang yang sangat dicintainya sehingga mampu menciptakan puisi cinta.

Bagi guru senirupa, proses penciptaan kreativitas siswa melalui stimulasi daya cipta harus dibangun melalui pendekatan divergen dan promblem solving.

Metode pembelajaran seni rupa

Metode pembelajaran senirupa dapat dikelompokkan atas dasar (1) kegiatan belajar (2) keleluasaan penyaluran ekspresi yaitu yang menekankan kebebasan individu, dan (3) perkembangan sosial anak. Berdasarkan kebutuhan mahasiswa calon guru senirupa, maka metode pembelajaran (1) yang mengutamakan teknik yang dilengkapi bekal teori yang memadai bagi siswa sekolah lanjutan dan (2) yang mengutamakan penyaluran ungkapan perasaan yang akan berlaku bagi anak kecil maupun anak besar. Metode-metode pembelajaran tersebut adalah metode ekspresi bebas, metode kerja kelompok, metode global, dan metode pengajaran terpadu.

Metode ekspresi bebas digunakan untuk memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengekspresikan perasaannya ke dalam penciptaan karya seni. Proses penciptaan seni dalam metode ini dimulai dari penentuan tema yaitu isi ungkapan yang akan disampaikan, media yaitu bahan dan alat yang dipilih untuk digunakan siswa dalam mewujudkan bentuk ungkapan seni, dan gaya ungkapan yaitu ungkapan seni yang sifatnya sangat individual sehingga setiap siswa akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda.

Metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran seni yang mengutamakan pengalaman berkelompok para siswa yang bertujuan membina perkembangan sosial siswa. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu kelompok kerja paduan (group work) dan kerja kolektif (collective work).

Metode global banyak digunakan dalam kegiatan melukis. Tujuannya agar siswa dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan. Salah satu teknik dari metode ini adalah metode siluet. Pertimbangan teknis yang mendasari metode global dengan teknik siluet adalah karena bentuk keseluruhan lebih mudah ditangkap dengan membuat siluet yang meniadakan bagian kecil dan ciri-ciri sekunder (seperti warna dan nada) sebuah objek. Secara psikologis bentuk global akan mendahului penampakan (wujud) suatu benda yang diamati seseorang. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode global adalah model, teknik penggambaran, media yang diperlukan dan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran.